blog oliphe,,oliphe,,dan oliphe

blog oliphe,,oliphe,,dan oliphe
my life my style

ada apa aja si di BLOG ini??

Jumat, 26 Maret 2010

DAMPAK TV DIGITAL DIMASA MENDATANG

Dampak dan konsekuensi teknologi televisi digital
Akan munculnya televisi digital di indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena selama ini masih banyak masyarakat yang menggunakan dan terbiasa dengan televisi telivisi analog adalah:
• Perlunya pesawat TV baru atau paling tidak kita perlu membeli TV Tuner baru yang harganya bisa dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang besar, mengingat hampir seluruh komponen pertelevisian di Indonesia masih menggunakan komponen analog, sehingga kemajuan tekhnologi televisi digital ini dapat mematikan usaha-usaha kecil yang selama ini telah ada. Karenanya hal ini mewajibkan Pemerintah untuk mensosialisasikan lebih rinci kepada masyarakat.
• Mahalnya perangkat transmisi dan operasional broadcast berbasis tehnologi digital merupakan persoalan tersendiri bagi kemampuan industri televisi di Indonesia. Bagaimanapun untuk bisa menyiarkan program secara digital, perangkat pemancar memang harus diganti dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi frekuensi secara digital. Untuk mem-back up operasional sehari-hari saja dengan tingkat persaingan antar sesama radio dan televisi swasta nasional saja sudah sangat berat, apalagi untuk harus mengalokasikan sekian persen pemasukan iklan untuk digunakan bagi digitalisasi. Selain itu, dalam masa transisi, stasiun televisi harus siaran multicast atau operasional di dua saluran secara paralel: analog dan digital, karena tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum dapat membeli televisi digital.
• Sistem pemrosesan sinyalnya. Pada sistem digital, karena diperlukan tambahan proses misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik dibandingkan TV Analog. Ketika TV analog sudah menampilkan gambar baru, maka TV Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.
• Bagaimana soal akses pada jaringan media serta kondisi sistem akses itu sendiri. Persoalan seperti pengaturan decoder TV digital maupun content media menjadi layak kaji dalam hal ini. Dan akses pada spektrum frekuensi
• Bagaimanapun pada era penyiaran digital telah terjadi konvergensi antarteknologi penyiaran (broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet (IT). Dalam era penyiaran digital, ketiga teknologi tersebut sudah menyatu dalam satu media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat untuk memperoleh ataupun menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan terbuka.
• Terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran digital, yang memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak, akan membuka peluang lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan dapat memberikan peluang lebih banyak bagi masyarakat luas untuk terlibat dalam industri penyiaran ini.
• Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia, industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan ekonomi masyarakat.
Televisi di Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk mendapatkan informasi. Baik televisi digital maupun analog dalam penyiarannya memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap penontonnya. Dengan frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas tontonan yang rendah akan berdampak buruk baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak.

Perkembangan TV Digital di Indonesia

Migrasi dari sistem penyiaran analog ke digital menjadi tuntutan teknologi secara internasional. Aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran televisi mulai dikembangkan di pertengahan tahun 1990-an. Uji coba penyiaran televisi digital dilakukan pada tahun 2000 dengan pengoperasian sistem digital dilakukan bersamaan dengan siaran analog sebagai masa transisi.
Tahun 2006, beberapa pelaku bisnis pertelevisian Indonesia melakukan uji coba siaran televisi digital. PT Super Save Elektronik melakukan uji coba siaran digital bulan April-Mei 2006 di saluran 27 UHF dengan format DMB-T (Cina) sementara TVRI/RCTI melakukan uji coba siaran digital bulan Juli-Oktober 2006 di saluran 34 UHF dengan format DVB-T. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:07/P/M.KOMINFO/3/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia menetapkan DVB-T ditetapkan sebagai standar penyiaran televisi digital teresterial tidak bergerak.
Stasiun-stasiun televisi swasta memanfaatkan teknologi digital pada sistem penyiaran terutama pada sistem perangkat studio untuk memproduksi, mengedit, merekam, dan menyimpan program. Sementara itu penyelenggara televisi digital memanfaatkan spektrum dalam jumlah besar, dimana menggunakan lebih dari satu kanal transmisi. Penyelenggara berperan sebagai operator jaringan dengan mentransmisikan program stasiun televisi lain secara terestrial menjadi satu paket layanan. Pengiriman sinyal gambar, suara, dan data oleh penyelenggara televisi digital memakai sistem transmisi digital dengan satelit atau yang biasa disebut sebagai siaran TV berlangganan.
siaran ini menggunakan sistem DVB ( Digital Video Broadcast), seperti yang kita tahu kalau perkembangan standar televisi digital di dunia ini berbagai macam tetapi Indonesia menggunakan sistem tv digital DVB. Dan untuk perangkatnya sendiri diproduksi oleh nama dagang Polytron DVB tersebut mulai dipasarkan pada Februari 2009 untuk tahap awal di Jabodetabek.
Dengan Polytron Pihaknya yang merupakan konsorsium hasil kerjasama antar-enam televisi nasional Indonesia yaitu ANTV, MetroTV, SCTV, Trans7, TV7, dan TVOne mengundang PT Hartono Istana Teknologi pemilik merek dagang Polytron untuk turut menyosialisasikan dan menyebarkan TV digital.
Televisi digital Polytron merupakan sebuah televisi yang telah menyisipkan teknologi digital ke dalamnya untuk menerima siaran televisi DVB-T tanpa perlu menggunakan perangkat tambahan lagi.

KELEBIHAN TV DIGITAL

• Kelebihan signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power).
• Pada transmisi digital menggunakan less bandwidth (high efficiency bandwidth) karena interference digital channel lebih rendah, sehingga beberapa channel bisa dikemas atau "dipadatkan" dan dihemat. Hal ini menjadi sangat mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power).
• Migrasi dari era analog menuju era digital memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak. Tidak ada lagi antrian ataupun penolakan izin terhadap rencana pendirian televisi nasional maupun lokal karena keterbatasan frekuensi. Televisi digital pun dapat digunakan layaknya browser internet, sehingga sangat integratif fungsinya.
• Penyiaran TV Digital Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV Fixed dan penerimaan TV Bergerak. Kebutuhan daya pancar tv digital juga lebih kecil dan ketahanan terhadap interferensi dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah terhadap waktu (seperti yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang berjalan cepat), serta penggunaan bandwidth yang lebih efisien.

Perbedaan TV Digital dan TV Analog ( Tunner)

TV ANALOG
1. Analog ini ada 2 jenis televisinya, ada yang resolusinya tinggi ada yang resolusinya rendah, untuk yang resolusinya tinggi harganya lebih mahal.
2. Televisi analog masih menggunakan tabung dibelakang monitor, sehingga bentuknya besar dan memakan tempat.
3. Penangkapan penyiaran masih bisa menggunakan antena lokal atau antena dalam
4. Tidak perlu berlangganan
5. Penerimaan gambar akan goyang pada saat bergerak
TV DIGITAL
1. Televisi digital sudah pasti resulusinya tinggi, kualitas dari gambarnya yang bening dan cerah inilah yang membuat televisi digital mahal.
2. Televisi digital dibuat tanpa tabung, sehingga bentuknya yang datar dan tidak memakan tempat.
3. Menggunakan transmisi digital, satelit dan kabel
4. Televisi digital ini berlangganan
5. Penerimaan gambar lebih jelas pada saat bergerak

Pendorong pengembangan televisi digital antara lain:
• Perubahan lingkungan eksternal
o Pasar televisi analog yang sudah jenuh
o Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
• Perkembangan teknologi
o Teknologi pemrosesan sinyal digital
o Teknologi transmisi digital
o Teknologi semikonduktor
o Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi

Sistem Pemancar TV Digital

Di seluruh dunia ada tiga standar TV digital, yaitu: Digital Television (DTV) di USA, Digital Video Broadcasting Terrestrial (DVB-T) di Eropa dan Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial (ISDB-T) di Jepang. Semua standar di atas berbasiskan OFDM dengan error correcting code reed Solomon dan/atau convolutional coding dan audio codingnya adalah MPEG-2 Audio AAC untuk ISDB-T dan DTV dan MPEG-1 layer2 untuk DVB-T.
Jepang membuat standar sendiri dalam hal TV Digital ini. Dibandingkan dengan DTV dan DVB-T, ISDB-Tnya Jepang dikabarkan sangat fleksibel dan memiliki kelebihan terutama pada penerima yang bergerak (mobile reception). ISDB-T lebih tahan terhadap efek Doppler. ISDB-T yang merupakan satu dari dua saudaranya yaitu ISDB-S (untuk transmisi lewat kabel) dan ISDB-S (untuk satelit), juga bisa diaplikasikan pada sistem dengan bandwidth 6,7MHz dan 8MHz.
Fleksibilitas ISDB-T bisa dilihat dari mode yang dipakai, yaitu: mode 1 untuk aplikasi mobile SDTV, mode 2 untuk aplikasi penerima yang mobile dan fixed HDTV/SDTV dan Mode 3 untuk yang khusus penerima fixed HDTV/SDTV. Semua data modulasi fleksible untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM. Perubahan mode ini bisa diatur melalui apa yang disebut TMCC (Transmission and Multiplexing Configuration Control)

Perkembangan TV digital secara Luas

Aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90-an dan diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital, dilakukan siaran TV secara bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Ujicoba sistem tersebut dilakukan sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV digital yang paling ekonomis, sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.
Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Perbandingan lebar pita frekuensi yang digunakan TV analog dan TV digital adalah 1 : 6. Artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex, dapat memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda.
Selain ditunjang teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, TV digital ditunjang oleh produksi peralatan audio visual (video camera, dll) yang menggunakan format digital dan sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan dapat diperluas.
Teknologi digital efisien dalam pemanfaatan spektrum. Satu penyelenggara televisi digital memanfaatkan spektrum dalam jumlah yang cukup besar. Artinya, tidak hanya 1 (satu) kanal pembawa melainkan lebih. Penyelenggara berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan, yang mentransmisikan secara teresterial program dari stasiun televisi lain menjadi satu paket layanan sebagaimana penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini.

Bahas Tuntas Televisi DIGITAL

Apa itu televisi digital?
Untuk pengetian dari televisi digital secara luas adalah, siaran televisi digital ini atau penyiaran digital sendiri merupakan jenis siaran televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi.
Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. Stasiun televisi memanfaatkan sistem teknologi digital (khususnya perangkat studio) untuk memproduksi program, editing, recording dan menyimpan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit hanya dimanfaatkan oleh siaran TV berlangganan.

Selasa, 02 Maret 2010

gambar LCD Gulung



Perkembangan Teknologi Pendukung Terbaru

Coba Bayangkan Anda memiliki layar TV berukuran 80 inci, dengan ketebalan kurang dari 1 cm, membutuhkan asupan daya yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ada sekarang. Ajaibnya, layar televisi anda bisa digulung atau di lipat seperti tikar. Semua itu mungkin saja terjadi, jika menggunakan teknologi OLED.
Diode Organik atau OLED di masa depan akan menggeser posisi LCD dalam pasar display tipis dengan resolusi tinggi

Mengenal dan menggarap teknologi OLED sudah lagi bukan hal yang asing untuk didengar. OLED adalah singkatan dari Organic Light Emitting Diode. Dari namanya sudah dapat ditebak bahwa OLED terbuat dari bahan organik yang memancarkan cahaya. Anoda berada di lapisan paling atas terbuat dari jenis Oksida Timah Indium, yang melindungi lapisan organiknya dari aromatic diamine, diikuti dengan lapisan pemancar cahayanya, kemudian sebagai lapisan terakhir yaitu lapisan katoda yang terbuat dari campuran magnesium dan perak.

Sejak mulai terdengar krisis energi, OLED disebut sebagai solusi bagaimana penggunaan energi bisa lebih dihemat. Selain itu cahaya yang dihasilkan lebih terang dan masa pakai yang lebih lama. Mengingat tawaran aplikasi yang menggiurkan ini pada tahun 1997, Perusahaan Elektronik Jepang, Pioneer Tohoku, berusaha untuk memproduksinya. Jika pada saat itu jenisnya baru Mono Color OLED Display, maka pada pameran akhir 2007 lalu, SONY, memamerkan televisi warna pertama berlayar OLED.
Display Lentur dan Dapat Digulung

Teknologi dasar OLED tidak berubah sejak penelitian awal tahun 1987. Yaitu berupa lapisan unsur organik tipis beberapa nanometer yang memancarkan cahaya, yang disaputkan pada elektroda transparan berupa plastik khusus. Setelah itu di atasnya kembali dipasang lapisan elektroda kedua. Jika sandwich elektroda yang di tengahnya terdapat lapisan tipis elektro-luminesens itu dialiri listrik, maka elektroda dari plastik khusus akan bercahaya. Jika aliran listrik diputus, cahaya akan kembali padam. Dikatakan bahwa teknologi OLED boleh disebutkan meniru alam, yakni dari kunang-kunang.

OLED sendiri menurut teorinya adalah salah satu jenis bahan elektroluminesens. Elektroluminesens (electroluminescence) adalah suatu fenomena optis dan listrik di mana sebuah bahan memancarkan cahaya sebagai respons terhadap arus listrik yang dialirkan pada bahan tersebut, atau sebagai respons terhadap suatu medan listrik yang kuat. Pemancaran cahaya pada elektroluminesens berbeda dengan pancaran cahaya akibat dari pemanasan (seperti pada lampu pijar cahaya berasal dari pijaran kawat filamen) ataupun akibat dari reaksi kimia (chemiluminescens).

Prinsip dari peranti elektroluminesens adalah peranti yang dapat memancarkan cahaya dengan warna (panjang gelombang) tertentu jika diberikan kepadanya medan listrik. OLED merupakan salah satu peranti yang bekerja (memancarkan cahaya) berdasarkan prinsip ini. Bagian yang penting dalam struktur OLED yaitu lapisan tipis (thin film) yang tersusun dari molekul-molekul organik atau polimer yang berfungsi sebagai pemancar cahaya dan lapisan elektroda yang tersusun secara berumpak (sandwich).

Keunggulan dari OLED adalah pada ketipisan dan kefleksibelan bahan. Tak heran jika produk ini menjadi andalan dan prototipe produk-produk display yang dapat digulung. Selain itu dengan kemasan bahan-bahan tertentu layar juga bisa dipastikan lebih fleksibel dan tahan banting.

Kini para peneliti diode organik OLED masih terus mengembangkan potensi unggulan yang tersimpan. Pakar fisika dari Universitas Koln di Jerman, Klaus Meerholz mengatakan salah satunya adalah kemampuan unsur semi konduktor organik untuk menerima, menyimpan dan meneruskan informasi. Meerholz menjelaskan telah berhasil menemukan cara memanfaatkan OLED sebagai perangkat penyimpan informasi. LED organik itu direkayasa agar memiliki fungsi ganda bahkan multi fungsi. Yakni menerima, menyimpan, dan memanggil kembali informasi. Tiga fungsi sekaligus dalam sebuah suku cadang, hingga kini belum ada. ”Kami tengah mencobanya dan ini akan butuh waktu lama,” ujarnya. (JURNAL NASIONAL, 24 April 2008/ humasristek)